Selasa, 19 Januari 2016

akulturasi kebudyaan hindu budaha dan nusantara asli

akulturasi kebudyaan hindu budaha dan nusantara asli


Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Buddha banyak sekali peninggalan sejarahnya yang terdapat di Indonesia. Akulturasi Kebudayaan itu sendiri merupakan suatu proses adanya percampuran antar unsur-unsur budaya yang satu dengan budaya yang lain, sehingga terbentuklah kebudayaan yang baru.

Kebudayaan baru yang terbentuk atas percampuran tersebut, masing-masing tidak akan kehilangan ciri khas yang dimilikinya. Untuk dapat melakukan suatu proses akulturasi, masing-masing kebudayaan haruslah seimbang.

Beberapa contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan Kebudayaan Nusantara seperti sebagai berikut.

1. Seni Bangunan
Pada dasarnya, bentuk bangunan candi yang ada di Indonesia adalah bentuk akulturasi antar unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang terkesan megah, patung perwujudan dewa, serta bagian-bagian candi dan stupa adalah salah satu unsur yang berasal dari India. Salah satu contohnya adalah seperti Candi yang ada di Pulau Jawa tepatnya Magelang, Jawa Tengah, yakni Candi Borobudur.


2. Seni Rupa dan Seni Ukir
Adanya pengaruh dari India juga tentu membawa perkembangan di dalam bidang Seni Rupa, pahat, dan ukir. Hal ini kenyataannya dapat dilihat pada relief-relief atau seni ukir yang dipahat pada bagian dinding candi. Misalkan seperti Relief yang dipahat pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat sang Buddha.


3. Seni Pertunjukan
Menurut JLA Brandes, Gamelan merupakan salah satu instrumen diantara seni pertunjukan asil yang dimiliki oleh Indonesia sebelum unsur-unsur budaya India masuk. Selama berabad-abad lamanya, gamelan juga mengalami perkembangan dengan masuknya unsur budaya baru baik pada segi bentuk ataupun kualitas.


Macam-macam gamelan itu sendiri dapat dikelompokkan dalam :
  • Chordophones
  • Aerophones
  • Membranophones
  • Tidophones
  • Xylophones
4. Seni Sastra dan Seni Aksara
Masuknya India ke Indonesia membawa pengaruh perkembangan seni sastra yang besar di Indonesia. Seni Sastra pada masa itu ada yang berbentuk prosa dan ada pula yang berbentuk puisi. Berdasar isinya, kesusastraan dikelompokkan menjadi 3, yakni :
  1. Tutur (Pitutur kitab keagamaan)
  2. Kitab hukum
  3. Wiracarita (Kepahlawanan
Bentuk kepahlawanan/wiracarita sangat terkenal di Indonesia. Misal seperti Bharatayuda, yang digubah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

Karya Sastra yang semakin berkembang terutama yang bersumber dari Mahabharata dan Ramayana ini, memunculkan seni pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit yang ada di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sudah sangat mendarah daging. Isi dan ceritanya banyak yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Cerita di dalam pertunjukan wayang ini berasal dari India, akan tetapi, wayangnya asli berasal dari Indonesia.


5. Sistem Kepercayaan
Sejak masa pra aksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenali adanya simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai salah satu contohnya jika ada orang yang meninggal, di dalam kuburnya disertai dengan benda-benda. Diantara benda-benda itu terdapat lukisan orang yang sedang naik perahu, yang memberikan makna bahwa orang yang telah meninggal rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yakni alam baka. Masyarakat pada waktu itu sudah percaya bahwa adanya kehidupan sesudah mati yakni sebagai roh-roh halus. Maka, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (Animisme).

Masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misal, dapat dilihat di dalam fungsi candi. Fungsi candi di India adalah sebagai salah satu tempat pemujaan.


6. Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya India di Indonesia, dikenal sistem pemerintahan yang sederhana. Pemerintahan di sini yang dimaksud adalah semacam pemerintah pada suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat akan mengangkat seorang pemimpin yang sudah tua, arif dan dapat membimbing, memiliki kelebihan tertentu, termasuk di dalam bidang ekonomi, berwibawa, serta mempunyai semacam kesaktian. Hal ini terjadi dengan jelas di Kerajaan Kutai.

Salah satu buktinya adalah misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang bila sang raja memiliki kekuatan gaib/kesaktian seperti pada pimpinan masa sebelum Hindu-Buddha. Raja tersebut kemudian disembah dan kalau raja itu meninggal, rohnya dipuja-puja.


7. Arsitektur
Bangunan keagamaan berupa candi sangat dikenal pada masa Hindu Budha. Hal ini terlihat jelas di mana pada sosok bangunan sakral peninggalan Hindu, seperti Candi Sewu, Cadi Gedungsongo dan masih banyak. Bangunan pertapaan wihara juga merupakan bangunan yang berundak. Terlihat di beberapa Candi Plaosan, Candi Jalatunda, Candi Tikus dan masih banyak lagi.

Bangunan suci berundak itu sebenarnya telah berkembang dengan subur pada zaman pra aksara, sebagai penggambaran dari alam semesta yang bertingkat. Tingkat paling atas merupakan tempat semayam para roh nenek moyang. Punden berundak itu menjadi sarana khusus persembahyanagan dalam rangka pemujaan terhadap roh nenek moyang.

8.Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India.
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Apakah Anda sebelumnya mengenal kasta? Kalau Anda pernah mengetahui tentang kasta, cobalah tuliskan empat kasta menurut kepercayaan agama Hindu, seperti yang Anda ketahui pada tabel 1.1 berikut ini.
Setelah Anda menuliskan kasta-kasta tersebut, untuk mengetahui kebenarannya, simaklah uraian materi berikut ini.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

9.Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? kalau Anda sudah paham, silahkan Anda isi tabel 1.2 dengan tahun saka prasasti peninggalan Sriwijaya berikut ini
Tabel 1.2
No.
Nama Prasastai
Tahun Masehi Tahun Saka
1.
Kedukan Bukit
683 M ……….
2.
Ligor
775 M ……….
Untuk mengetahui kebenaran perhitungan Anda, nanti akan Anda temukan pada uraian materi kegiatan belajar 2 dalam modul ini.
Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Apakah Anda sebelumnya pernah mendengar istilah Candrasangkala? Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit.


Demikianlah contoh wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan untuk selanjutnya kalau Anda sudah memahaminya, Anda dapat melanjutkan pada uraian materi wujud akulturasi berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar