Rabu, 08 Juni 2016

rangkuman sejarah kelas 10 SMA "masa praaksara"


Masa Praaksara
Praaksara berasal dari kata pra yang berarti belum dan aksara berarti tulisan. Jadi, masa praaksara masa ketika manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara juga di kenal dengan masa nirleka. Nirleka berasal dari nir yang berarti tidak/tanpa dan leka yang berarti tulisan. Jadi, masa nirleka adalah masa ketika manusia tidak atau belum mengenal tulisan. Prasejarah adalah masa dimana belum mengenal sejarah.
Pada perkembangannya, sejarawan lebih memilih menggunakan istilah praaksara dari pada prasejarah. Penggunaan istilah prasejarah di anggap kurang tepat untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum mengenal tulisan. Masa prasejarah masa di mana belum mengenal sejarah berarti sama dengan masa belum adanya kehidupan manusia. Sejarah ada karena adanya aktivitas manusia. Maka dari itu, para sejarawan lebih setuju menyebut masa itu dengan masa praaksara karena pada masa itu sudah ada manusia yang melakukan aktifitas tetapi belum mengenal tulisan.
Masa praaksara dimulai ketika ada kehidupan manusia di bumi. Masa praaksara berakhir setelah manusia mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara di tiap-tiap tempat tentu berbeda. Sebagai contoh, bangsa Mesir dan Mesopotamia mengakhiri masa praaksara dan mengenal tulisan sekira abad V-III Sebelum Masehi. Manusia di Indonesia memasuki masa aksara sekitar abad IV-V masehi dengan di buktikan oleh penemuan yupa peninggalan kerajaan Kutai.
A.    Pembabakan masa praaksara berdasarkan arkeologi
1.     Zaman Batu
a.      ciri-ciri kehidupan masyarakat di zaman paleolitikum
·        Hidupnya nomaden atau selalu berpindah-pindah tempat.
·        Berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering).
·        Manusia purba yang hidup pada zaman ini adalah Homo erectus dan Megantropus palaeojavanicus
·        Menggunakan peralatan sederhana dari batu, tulang, dan tanduk
·        Alat-alat batu masih dibuat secara kasar dan tidak diasah
b.     ciri-ciri kehidupan masyarakat di zaman mesolitikum
·        Hidupnya setengah menetap atau semi nomaden
·        Benda peninggalanya masih seperti zaman palaeolitik tetapi sedikit lebih halus
·        Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
·        Mulai bercocok tanam secara sederhana
·        Bertempat tinggal di gua-gua
·        Sebagian hidup di pesisir menangkap ikan dan kerang.
·        Sudah mengenal api (manfaat api adalah untuk masak, penerangan, menghangatkan, dan mengusir hewan buas)
1)     Cara manusia purba mengenal api: sambaran petir, peristiwa El Nino, ketika membuat kapak.
2)     Cara manusia purba membuat api Pertama, benturkan batu dan batu lalu arahkan percikan apinya ke pada setumpuk daun kering agar bisa membesar. Kedua, gosokan kayu dan kayu sampai keluar asab lalu tambahkan daun daun kering biar apinya menjadi besar.
c.      ciri-ciri kehidupan masyarakat di zaman neolitikum
·        Hidupnya menetap atau nomaden dengan tinggal di rumah-rumah sederhana
·        Hidup dengan bercocok  tanam (food producing) dan beternak
·        Alat-alat batu sudah diasah sehingga halus dan banyak yang indah.
·        Sudah membuat gerabah
d.     ciri-ciri kehidupan masyarakat di zaman megalitikum
·        Manusia sudah mengenal kepercayaan animisme, dinamisme, dan toteisme
·        Manusia melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang
·        Tempat tinggal menetap, bercocok tanam dan berternak
·        Hasil kebudayaan menhir, pundek berundak, dolmen, kubur peti batu, sarkofagus, waruga.
2.     Zaman Logam
zaman logam terbagi menjadi zaman tembaga, perunggu, dan besi. Tetapi indonesia indonesia hanya mengalami zama perunggu dan besi. Ciri-ciri kehidupan zaman logam:
·        Munculnya golongan undagi atau orang yang mempunyai ketrampilan tangan khusus seperti, pandai besi.
·        Mampu membuat peralatan dari logam
·        Mengenal teknik melebur dan mencetak logam
B.    Pembabakan masa praaksara berdasarkan geologi
1.     Zaman Arkeozoikum/Azoikum 4,5-2,5 Miliar Tahun Lalu
Arkeozoikum artinya masa kehidupan purba atau primitif karena di dalam samudra sudah ada kehidupan mikroorganisme yaitu ganggang dan bakteri. Hal itu di buktikan dengan penemuan fosil stromatolit dan cyanobakteria yang berumur sekitar 3,5 miliar tahun. Masa ini adalah masa pembentukan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Lempeng tektonik yang menyebabkan gempa terbentuk pada masa ini. Lingkunganya seperti mata air panas. Masa juga masa awal pembentukan hidrosfer dan atmosfer.
2.     Zaman Paleozoikum 2,5 miliar-245 juta tahun lalu
Paleozoikum artinya masa kehidupan awal yaitu mikroorganisme bersel tunggal menjadi bersel banyak seperti enkaryotes bakal tumbuhan dan prokaryotes bakal hewan. Jenis hewan inveterbrata bertubuh lunak ubur-ubur, cacing, dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal. Pada masa ini mulai terjadi perkembangan atmosfer dan hidrosfer. Zaman paleozoikum terbagi dalam beberapa periode yaitu, kambrium, ordovisium, silur, devon, karbon dan perm.
3.     Zaman Mesozoikum 245-65 juta tahun lalu
Masa mesozoikum atau zaman sekunder adalah masa keberadaan makhluk hidup yang beraneka ragam. Pada masa ini terbagi menjadi 3 periode yaitu:
a.      Periode Trias, berlangsung 225-190 juta tahun lalu. Pada periode ini kondisi bumi kering dan tidak subur. Benua pangaean bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Pada masa ini mulai muncul dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar
b.     Periode Jura, berlangsung 190-136 juta tahun lalu. Pada periode ini dinosaurus dan tyrannosaurus berkembang menjadi penguasa daratan, ichtiyosaurus menjadi pemburu di dalam lautan, dan pterosaurus merajai angkasa. Pada periode ini bedua pangaea mulai terpecah .
c.      Periode Kapur, berlangsung 136-65 juta tahun lalu. Pada periode ini dinosaurus mengalami kepunahan karena terjadi perubahan iklim yang drastis dari iklim hangat menjadi iklim dingin.
4.     Zaman Neozoikum/Kenozoikum 65-1,8 juta tahun lalu.
Masa neozoikum dikenal sebagai zaman kehidupan baru karena kepunahan binatang-binatang raksasa dan munculnya jenis kehidupan baru yang mirip dengan saat ini. Masa ini terbagi menjadi:
a.      Zaman Tersier, berlangsung 65-1,8 juta tahun lalu. Pada zaman ini muncul primata dan burung tidak bergigi berukuran besar seperti burung unta. Serta muncul fauna laut seperti ikan, molusca, dan echinodermata yang sangat mirip dengan fauna laut sekarang. Pada masa ini tumbuhan berbungan terus berevolusi menjadi berbagai variasi seperti semak belukar, tumbuhan merambat, dan rumput. Pada zaman tersier hingga kuarter terjadi terjadi kemunculan serta kepunahan hewan dan tumbuhan silih berganti karena perubahan iklim global yang ekstrem.
b.     Zaman Kuarter terbagi menjadi kala pleistosen dan holosen. Kala pleistosen dimulai 1,8 juta-10.000 tahun lalu. Pada kala ini bumi paling sedikit mengalami 5 kali zaman es atau zaman glasial. Pada zaman ini sebagian besar Eropa, Amerika Utara, dan Asia bagian utara tertutup es. Demikian juga dengan Pengunungan Alpen, Pengunungan Cherpatia, dan Pengunungan Himalaya. Pada kala pleistosen muncul manusia purba homo erectus. Flora fauna pada masa pleistosen sangat mirip dengan flora fauna zaman sekarang. Pada zaman inilah kehidupan masa praaksara di Indonesia dimulai ditandai dengan kehadiran manusia.
Kala holosen 10.000 tahun lalu-sekarang. Pada kala ini muncul manusia modern.

A.    Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Kepulauan indonesia terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Diperkirakan kepulauan indonesia terbentuk pada zaman tersier sekitar 60 juta tahun lalu. Kepulauan indonesia terbentuk dari proses tektonis karena letak indonesia berada dititik pertemuan 3 lempeng dunia, yaitu lempeng Indo-Australia di selatan, lempeng Eurasia di utara, dan lempeng Pasifik di timur.
Dampak indonesia menjadi titik pertemuan 3 lempeng dunia adalah:
1.     Dampak negatif: terjadinya gempa bumi, tsunami, terbentuknya gunung merapi dan meletus.
2.     Dampak positif: terbentuknya kepulauan indonesia, tanahnya subur, beraneka ragamnya flora dan fauna.
Pada periode pleistosen sebagian besar dunia tertutup oleh lapisan es. Peristiwa ini menyebabkan perubahan iklim dan penurunan permukaan air laut sehingga menjadi daratan. Pada periode ini bagian indonesia bagian barat masih menyatu dengan Asia Tenggara sedangkan indonesia bagian timur menyatu dengan Australia. Daratan yang menghubungkan kepulauan indonesia bagian barat dan Asia Tenggara disebut Paparan Sunda, pulaunya adalah sumatra, jawa, dan kalimantan. Daratan yang menghubungkan kepulauan indonesia bagian timur dan Australia disebut Paparan Sahul, pulaunya adalah papua.
Wilayah indonesia terbagi menjadi daerah indonesia barat, tengah atau peralihan, dan timur. Setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri yang mebedakan dengan daerah lainya salah satunya adalah hewan. Hewan khas dari indonesia barat: beruang madu, harimau sumatra, gajah, badak, harimau jawa, banteng, dan urang utan. Hewan khas daerah peralihan: babi rusa, anoa, burung maleo, komodo. Hewan khas dari indonesia timur: burung kakak tua, cendrawasih, kus-kus, walaby.
B.    Pembentukan Pulau-Pulau Besar di Indonesia
a.      Pulau Sumatra, terbentuk dari pecahan Benua Eurasia yang diakibatkan oleh aktifitas tektonik lempeng Indo Australia dan Eurasia. Dampak dari aktifitas tektonis itu di bagian barat sumatra terdapat deretan pengunungan bukit barisan yang memiliki 93 puncak dan puncak tertinggi di gunung kerinci. Di sebelah utara terbentuk danau toba yang terbentuk dari letusan gunung api yang sangat hebat.
b.     Pulau Jawa, terbentuk karena tubrukan lempeng Indo Australia dan lempeng Eurasia. Akibat tubrukan ini pulau jawa di penuhi dengan deretan gunung merapi. Pada awal ya pulau jawa hanya jawa barat sedangkan jawa tengah dan jawa timur masih berupa lautan. Bukti bahwa jawa tengah dan jawa timur masih lautan adalah terdapatnya gunung gamping. Gunung gamping terbentuk dari terumbu karang yang mati.
c.      Pulau Kalimantan, terbentuk dari pecahan benua raksasa pada masa awal terbentuknya permukaan bumi. Dahulu di bumi hanya terdapat satu daratan luas yaitu pangaea dan akibat aktifitas tektonik benua pangaea terpecah jadi dua yaitu godwana dan laurasia. Selanjutnya kedua benua tersebut terpecah-pecah lagi menjadi benua-benua seperti sekarang. Salah satu pecahan tersebut kemudian membentuk pulau kalimantan.
d.     Pulau Sulawesi, dalam proses pembentukannya memiliki proses geologi yang komplek. Periode eosen muncul dua daratan, yang satu menjadi cikal bakal wilayah sulawesi tenggara dan timur yang bergerak dari arah selatan dan yang satunya lagi menjadi cikal bakal wilayah sulawesi selatan, barat, dan utara dari sebelah utara. Kedua daratan itu bertumbukan di dekat pulau kalimantan dan menjadi bersatu jadi daratan baru. Periode miosen terjadi pergerakan lempeng ke arah barat disertai persesaran. Peristiwa ini menyebabkan daratan sulawesi yang sudah menyatu mengalami perubahan bentuk pada bagian tengah yang menjadi tertekuk akibat benturan dan pergeseran. Periode pliosen proses tektonik di daratan  sulawesi masih berlangsung dan bahkan daratannya terus bergerak mendekat pulau kalimantan. Periode pleistosen terjadi proses pemekaran dasar samudra di laut antara kalimantan dan sulawesi yang mengakibatkan terpisahnya daratan sulawesi dan kalimantan.
e.      Papua
Mulai terbentuk pada 60 juta tahun lalu.saat itu pulau papua masih berada di dasar laut.pulau ini terbentuk dari sedimen bebatuan yang diendapkan oleh benua australia.selanjutnya,proses ini menghasilkan daratan baru yang masih menyatu dengan benua australia.pengendapan intensif ini akhirnya mengangkat sedimen batuan pulau papua kepermukaan laut.proses ini juga dipengaruhi oleh terjadinya tumbukan antara lempeng indo-australia dan pasifik di dasar laut yang mengakibatkan terbentuknya busur pulau yang menjadi cikal bakal pegunungan di papua.


Manusia Purba di Indonesia
Sungguh beruntung hidup di indonesia karena Tuhan Yang Maha Esa menganugrahi kekayaan alam dan kesuburan tanah. Sejak masa praaksara kesuburan tanah dan kekayaan alam ini sudah di manfaatkan manusia purba untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena faktor itulah wilayah indonesia banyak di huni oleh para manusia purba.
1.     Lokasi penemuan manusia purba
a.      Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi. Secara geografis kawasan Sangiran yang terletak di lereng barat laut Gunung Lawu, merupakan suatu cekungan alam yang dikenal dengan nama depresi Solo yang dikelilingi oleh bukit-bukit, dengan puncak tertinggi sekitar 180 m dari permukaan laut. Di sebelah utara terdapat jajaran Pegunungan Kendeng dan di sebelah selatan terdapat jajaran Pegunungan Selatan.
Pada1936-1941seorang ilmuan antropologi dari Jerman Gustav Heinrich Ralph von Koenigswal dmulai melakukan penelitan terhadap situs Sangiran tersebut. Setelah dilakukan penelitaian berikutnya, ditemukan 50 fosil lebih di antaranya Pithecanthropus erectus , Meganthropus palaeo javanicus. Selain itu juga ditemukan fosil hewan seperti badak, tanduk kerbau, gading gajah, tanduk rusa dan lain-lain. Secara keseluruhan diperkirakan umur fosil yang ditemukan tersebut berusia 1 sampai 1,5 juta tahun dan diperkirakan juga umur fosil sudah terkubur sejak2 juta tah­un yang lalu. Dari 50 fosil yang ditemukan tersebut sudah mewakili 50% fosil  yang ada di dunia.
Sebelum kemunculan Koenigswald, pada awal 1930-an, masyarakat di sana hanya mengenal fosil-fosil yang banyak terdapat di lingkungan alam sekitar mereka sebagai balung buto alias tulang-tulang raksasa. Ilmuwan asal Jerman itu telah memberi pemahaman baru kepada masyarakat Sangiran terkait keberadaan fosil dan artefak purba.
Situs Sangiran merupakan situs prasejarah penghasil fosil-fosil hominid dan fosil fauna Pleistosen yang sangat terkenal di dunia internasional. Hingga sekarang situs ini masih menjadi sumber data arkeologi, geologi, paleontologi, dan paleoantropologi untuk mengungkapkan kehidupan purba, evolusi manusia, dan evolusi lingkungan. Dalam kenyataannya, Situs Sangiran tidak hanya dapat memberikan gambaran mengenai evolusi fisik manusia semata, tetapi bahkan mampu memberikan gambaran mengenai evolusi budaya, fauna, dan lingkungan. Fosil-fosil manusia dan binatang, serta alat-alat batu paleolitik dalam kuantitas dan kualitas yang prima telah berhasil ditemukan kembali dalam lapisan-lapisan purba berusia 2 juta tahun. Oleh karena itu, situs ini menjadi penting bagi pemahaman evolusi manusia secara umum bukan hanya bagi kepentingan nasional, tetapi juga telah dianggap sebagai pusat evolusi manusia di dunia.
Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi tempat penemuan fosil-fosil, diantaranya :
                              i.          Formasi Kalibeng
Lempung biru yang membentuk apa yang disebut kalangan arkeolog sebagai Formasi Kalibeng di bagian paling bawah adalah endapan paling tua. Endapan itu tercipta sejak 2,4 juta tahun lalu ketika daerah ini masih merupakan lingkungan laut dalam. Di dalam lapisan lempung biru, selain mengandung foraminifera dan jenis mollusca laut (turitella, arca, nasarius, dan lain-lain) juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu. Berumur 2,4  juta s/d 1.8 juta tahun lalu. Dengan lapisan:
a. Lapisan napal (Marl)
b. Lapisan lempung abu-abu (biru) dari endapan laut dalam
c. Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal
d. Lapisan balanus batu gamping
e. Lapisan lahar bawah dari endapan air payau
                            ii.          Formasi Pucangan
Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar 1.800.000 – 700.000 tahun yang lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkang diatomea laut. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi Pucangan banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia, antara lain reptil (buaya dan kura-kura), mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi, monyet, domba, dan fosil kayu. Berumur 1.8 juta s/d 700  ribu tahun lalu. Dengan lapisan:
a. Lapisan lempung hitam (kuning) dari endapan air tawar
b. Lapisan batuan kongkresi
c. Lapisan lempung volkanik (Tuff) (ada 14 tuff)
d. Lapisan batuan nodul
e. Lapisan batuan diatome warna kehijauan
                          iii.          Formasi Grenzbank
Pada 700.000 tahun yang lalu formasi grenzbank terletak diatas formasi Pucangan. Terbentuknya formasi ini terjadi erosi pecahan gamping pisoid dari pegunungan selatan yang terletak di selatan Sangiran dan kerikil-kerikal vulkanik dari Pegunungan Kendeng di utaranya. Material erosi tersebut menyatu di Sangiran sehingga membentuk suatu lapisan keras setebal 1-4 meter, yang disebut grenzbank alias lapisan pembatas. Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh. Pengendapan grenzbank menandai perubahan lingkungan rawa menjadi lingkungan darat secara permanen di Sangiran. Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus.
                           iv.          Formasi Kabuh
Pada periode berikutnya terjadi letusan gunung yang hebat di sekitar Sangiran, berasal dari Gunung Lawu, Merapi dan Merbabu purba. Letusan hebat telah memuntahkan jutaan kubik endapan pasir vulkanik, kemudian diendapkan oleh aliran sungai yang ada di sekitarnya saat itu. Aktivitas vulkanik tersebut tidak hanya terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi susul-menyusul dalam periode lebih dari 500.000 tahun. Aktivitas alam ini meninggalkan endapan pasir fluvio-volkanik setebal tidak kurang dari 40 meter, dikenal sebagai Formasi Kabuh. Lapisan ini mengindikasikan daerah Sangiran sebagai lingkungan sungai yang luas saat itu: ada sungai utama dan ada pula cabang-cabangnya dalam suatu lingkungan vegetasi terbuka. Salah satu sungai purba yang masih bertahan adalah Kali Cemoro.
Berbagai manusia purba yang hidup di daerah Sangiran mulai 700.000 hingga 300.000 tahun kemudian terpintal oleh aliran pasir ini. "Mereka" diendapkan pada sejumlah tempat di Sangiran. Badak, antilop dan rusa yang ada di grenzbank masih tetap ada pada Formasi Kabuh. Stegodon sp ditemani jenis lain, Elephas hysudrindicus dan Epileptobos groeneveldtii (banteng).
Saat itu mereka masih meneruskan tradisi pembuatan alat serpih bilah. Pada Kala Plestosen Tengah inilah Sangiran menunjukkan lingkungan yang paling indah: hutan terbuka dengan berbagai sungai yang mengalir, puncak dari kehidupan Homo erectus beserta lingkungan fauna dan budayanya. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling banyak menghasilkan fosil manusia dan binatang. Berumur 700 ribu s/d 250 ribu tahun lalu. Dengan Lapisan:
a.      Lapisan konglomerat
b.     Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas
c.      Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff)
d.     Lapisan pasir halus silang siur
e.      Lapisan pasir gravel.
                             v.          Formasi Notopuro
Formasi Notopuro yang berada pada lapisan teratas di situs Sangiran ini sekitar 500.000 – 250.000 tahun yang lalu dengan litologi breksi laharik dan batu gamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik. Lahar vulkanik diendapkan kembali di daerah Sangiran, yang juga mengangkut material batuan andesit berukuran kerikil hingga bongkah. Di dalam lapisan ini banyak ditemukan artefak batu hasil budaya manusia yang berupa serpih-bilah (sehingga Sangiran dijuluki industri serpih-bilah Sangiran), kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan kapak persegi. Selain itu, lapisan ini juga ditandai oleh endapan lahar, breksi, pasir dan juga banyak ditemukan alat serpih, fosil kerbau dan kijang.
Setelah pembentukan Formasi Notopuro, terjadilah pelipatan morfologi secara umum di Sangiran, yang mengakibatkan pengangkatan Sangiran ke dalam bentuk kubah raksasa. Erosi K. Cemoro berlangsung terus-menerus di bagian puncak kubah sehingga menghasilkan cekungan besar yang saat ini menjadi ciri khas dari morfologi situs Sangiran. Berumur 250 ribu s/d 15 ribu tahun lalu. Dengan lapisan:
a.      Lapisan lahar atas
b.     Lapisan teras
c.      Lapisan batu pumice
                           vi.          Formasi Teras Solo (Kali Pasir)
Berumur 15 ribu s/d 1.5 ribu tahun lalu. Dimana hanya memiliki lapisan endapan sungai batu kerikil dan kerakal.
b.     Trinil
Trinil Adalah situs paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil dari situs Sangiran. Tempat ini terletak di Ngawi, Jawa Timur. Pada tahun 1891 Eugène Dubois, menemukan bekas manusia purba pertama di luar Eropa yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1893 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta fosil hewan dan tumbuhan purba lain. Di Trinil juga pernah ditemukan fosil tulang rahang bawah macan purba , fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba, dan fosil tanduk banteng purba.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar